Powered By Blogger

Rabu, 23 Maret 2011

Seuntai Kata Untuk'mu'


Seuntai Kata Untuk‘mu’

Oleh: Niira Annisaa



            Aku melirik gambar itu. Gambar yang terbingkai indah oleh kebersamaan kita. Ya, gambar itu menceritakan aku dan kamu. Aku yang lemah tanpa kamu, kamu yang rentan tanpa aku. Aku dan kamu, kita. Kita ini siapa? Masihkah perlu dipertanyakan?? Aku dan kamu ibarat sepasang sandal jepit yang akan selalu dipakai bersamaan, saling melengkapi dan membuat indah sesuatu.
            Hai kamu! Selagi aku masih bisa menyampaikan ini,  selagi Tuhan masih mengizinkan aku mengingatmu, maka akan ku sampaikan seuntai kata untukmu. Untuk apa? Aku juga tidak tahu. Anggaplah ini seperti apa yang kamu inginkan. Ucapan terima kasih? Bisa saja. Permohonan maaf? Bisa juga. Ini flexible, dapat kau artikan sesuka hatimu. Namun satu hal yang perlu kamu ketahui, bahwa ini aku tuangkan dari hatiku yang terdalam.

Teruntuk ‘kamu’ yang menjadi setetes air di tengah gersangnya gurun..

Semula aku berjalan sendiri,
Menerjang lika-liku jalanan yang kadang menikung tajam.
Sanggupkah aku?
Terkadang sanggup, terkadang tidak.
Aku hanya manusia kecil,
yang tak selalu mampu menghadapi hal-hal besar.

Tiba-tiba ‘kamu’ datang,
tak ku tahu dari mana asalmu.
Malaikat kecil yang akhirnya mampu membuatku besar.
Dimulai dengan menanamkan kebersamaan,
memupukku dengan kepercayaan,
menyiramku dengan ketulusan,
lalu membesarkanku dengan cinta‘mu’.

Detik,
menit,
jam,
hari,
minggu,
bulan,
tahun,
terus saja berlalu.
Namun ternyata waktu demi waktu itu tidak bisa menyeret dan menyurut apa yang telah kita jalani.

Apakah ‘kamu’ pernah berharap ini terjadi sebelumnya?
Mengharapkan kejadian-kejadian yang kini kita lalui sebagai dua sejoli yang tak terpisahkan.
Mulai dari tertawa,
menangis,
hingga mengurai air mata bersamaan.
Pernahkah?

Aku pernah berharap,
tapi aku tidak pernah tahu bahwa ‘kamu’ lah yang Tuhan kirim untukku.
Aku pernah bermimpi,
tapi tidak memimpikan ‘kamu’ sebagai lawan mainku dalam cerita ini.

Ketika aku jatuh,
‘kamu’ yang membangkitkanku.
Ketika aku menangis,
‘kamu’ yang menyeka air mataku.
Ketika aku bahagia,
‘kamu’ yang ikut berbahagia denganku.

Indah?
Tentu saja indah.
Bagiku hari bersama‘mu’ adalah hari yang paling indah.
Dan aku selalu berharap ini takkan pernah berakhir.

Tahukah ‘kamu’, aku tidak pernah meminta, bahkan tidak pernah mengemis pada Tuhan untuk diberikan malaikat kecil seperti‘mu’.
Terima kasih ‘kamu’ telah mengubah hidupku.
Telah bersedia bersanding denganku.
Dan telah mengizinkan aku masuk dalam kehidupan‘mu’.

Ingatkah?
Kita mulai ini semua dari nol.
Bulat, kosong, tak berisi apa-apa.
Lalu, perlahan kita bergerak,
berjalan beiringan dengan ide dan pemikiran yang kadang tak sejalan.
Hingga akhirnya kita meyakini bahwa nol itu telah berubah menjadi satu.
Satu untuk aku,
satu untuk kamu,
satu untuk kita.

Tapi……
Pernahkah kamu tahu bahwa aku pernah mengalami sakit?
Sakit karenamu juga!
Kamu tinggalkan aku ketika kamu menemukan pasangan baru.
Kamu khianati kebersamaan kita!
Kamu buang aku!
Hatiku sakit!

Maaf,
Jika ternyata kamu pergi karena khilafku,
Jika ternyata kamu pergi membawa dosaku,
Jika ternyata kamu pergi tanpa memaafkan aku dulu.

Sesakit apapun hatiku karena ulahmu,
aku pasti memaafkanmu,
karena,
kehilanganmu jauh lebih menyakitkan.

Memang,
Tak selamanya aku butuh kamu,
Tak selamanya kamu butuh aku,
Tapi persahabatan ini membutuhkan kita.

1 komentar:

  1. Who's to be the "you" in your article ☺? the lucky one i think �� or just a fictious figure��? Ganbate.. keep on writing...

    BalasHapus