Powered By Blogger

Minggu, 27 Maret 2011

cuma buat direnungkan hehehe :)

semangat pagi teman2! :)

sadar ga sih kalo slma ini kita hidup itu serba dr ortu kita?
makan dr ortu, sekolah dr ortu, bhkn beli kprluan kita d luar kprluan pokokpun sbgian dr kita msh sring mnta k ortu.

pertanyaanny,
prnh ga sh kita pny keinginan buat ngringanin beban ortu kita??
mulai dr mngurangi mnta uang k mrka, bhkn kalo bsa kita yg ngasih uang k mrka.

"tp kan susah?"
 siapa bilang susah? susah mudahny, smua brgntung pd mind-set n keyakinan kalian. kalo kalian myakini kalian bisa, pasti bisa!!

"tp kan kita msh sekolah?" "msh kuliah?"
ga bisa? kata siapa? bnyk dr kami yg tlah mmbuktikan bs jd jutawan muda dgn oriflame.
kami pljar n mhsiswa yg mmpunyai pnghasilan 1-7jt stiap bulanny. kami bs mmbeli kperluan kami tnp harus mminta uang lg pd ortu, bhkan diantara kami sdh mampu mmbyr biaya sekolah dgn jerih payah sndr.

bangga? tentu saja kami bangga. mnjadi ank muda mandiri dan tetap brprestasi.

jadilah bagian dr kami. mwujudkan smua mimpimu bersama kami d oriflame!

kami tnggu kehadiranmu :D

contact : http://www.bossluarbiasa.com/?id=niirannisaa

Rabu, 23 Maret 2011

#100factsaboutme (rekap dari twitter saya @niiraaaaa) hahahaha

sebelumnya maaf yaaaa, karena ngutip dari twitter, jadi urutannya mulai dari 100 ke 1 hehehe

#100factsaboutme

100. saya mau bahagia dunia-akhirat AMIIIIIIIN :D #100factsaboutme

99. saya slalu bersyukur atas apa yg Allah takdirkan untuk saya, susah maupun senang, musibah maupun nikmat, semua disykuri #100factsaboutme

98. saya selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya #100factsaboutme

97. saya selalu berusaha menjadi yg terbaik untuk orang2 disekitar saya #100factsaboutme

96. saya selalu sayang sama orang yang pantes saya sayangi #100factsaboutme

95. saya bisa makan 5x dalam sehari kalo lagi penggemukan badan #100factsaboutme

94. saya suka males mandi kalo lagi libur dan ga mau pergi kemana2 #100factsaboutme

93. saya ga suka nunggu, jadi sukanya ngareeeeeeeeeeeeet :p #100factsaboutme

92. saya suka risih kalo ada di tempat orang lain #100factsaboutme

91. saya gabisa naek mobil ber-Ac dan berpewangi jeruk. yaks -____- #100factsaboutme

90. saya suka dengan hal-hal baru #100factsaboutme

89. saya kalo ngomong suka pedes dan kadang (sering mungkin) nyakitin orang #100factsaboutme

88. saya harus sedia vicks dan permen mint kemanapun pergi #100factsaboutme

87. saya suka ga betah liat yg berantakan, tapi kalo kamar sendiri berantakan sabodo amat hahaha #100factsaboutme

86. saya gampang banget pundung (baca: pundungan) #100factsaboutme

85. saya orang yang keras kepala n egois #100factsaboutme

84. saya punya idung yg mancung *ehm pamer dkit ah hahaha :p #100factsaboutme

83. saya punya berat badan 45kg dan tinggi 153cm *yg tinggi lupa kpn trakhr ngukur hahaha
82. saya anak SULUNG dan punya 3 adik #100factsaboutme

81. saya lahir d bogor tgl 16 desember 1992 #100factsaboutme

80. kesel banget kalo DIBIKIN KESEL :@ #100factsaboutme

79. kesel banget kalo DAPET BANYAAAAK TUGAS #100factsaboutme

78. kesel banget kalo belom mau bangun tidur tp DIPAKSA BANGUN #100factsaboutme

77. kesel banget kalo MOOD RUSAK #100factsaboutme

76. kesel banget sama ORANG YG SUKA NYEPELEIN ato NGEREMEHIN SESUATU #100factsaboutme

75. kesel banget kalo DIFITNAH #100factsaboutme

74. kesel banget kalo GA DIANGGAP #100factsaboutme

73. kesel banget sama ORANG YG BISANYA SPEAK DOANG #100factsaboutme

72. kesel banget kalo ketemu ORANG YG NGESELIN #100factsaboutme

71. kesel banget kalo DISINISIN #100factsaboutme

70. sedih banget kalo DIBIKIN SEDIH :( #100factsaboutme

69. sedih banget kalo GA PUNYA DUIT #100factsaboutme

68. sedih banget kalo DILUPAIN #100factsaboutme

67. sedih banget kalo KELUARGA BERANTAKAN #100factsaboutme

66. sedih banget kalo PERSAHABATAN RUSAK #100factsaboutme

65. sedih banget kalo GA DIPEDULIIN #100factsaboutme

64. sedih banget kalo GA DIPERCAYA #100factsaboutme

63. sedih banget kalo DIATUR-ATUR dan ga dikasih KEBEBASAN #100factsaboutme

62. sedih banget kalo DIBOHONGIN #100factsaboutme

61. sedih banget kalo DIKHIANATIN #100factsaboutme

60. seneng banget dibikin SENENG :D #100factsaboutme

59. seneng banget kalo d kasih KEBEBASAN MEMILIH #100factsaboutme

58. seneng banget TIDUR tanpa d ganggu apa2 hahaha #100factsaboutme

57. seneng banget kalo bsa BERBAGI sm org lain #100factsaboutme

56. seneng banget SHARING sm bnyk org #100factsaboutme

55. seneng banget kalo d ksh KEPERCAYAAN #100factsaboutme

54. seneng banget sm yg namanya KEJUTAN #100factsaboutme

53. seneng banget DEKET ORANG YG BIKIN NYAMAN #100factsaboutme

52. seneng banget kalo DIKASIH PERHATIAN #100factsaboutme

51. seneng banget kalau dapet yg GRATISAN hahaha #100factsaboutme

50. biasanya kalo lg sakit harus ngelakuin pantangan2nya biar cpt sembuh *aneh #100factsaboutme

49. biasanya cm bsa nangis kalo uda gabisa marah #100factsaboutme

48. biasanya cm bsa nangis kalo hatinya uda ga pararuguh #100factsaboutme

47. biasanya lbh milih jajan cemilan yg bnyk drpd makanan berat #100factsaboutme

46. biasanya suka pusing dgn pikiran2 d otak sndr #100factsaboutme

45. biasanya serem kalo lg marah (menurut survey dr tmen2 hahaha) #100factsaboutme

44. biasanya lbh milih diem n pasang muka jutek kalo lg kesel #100factsaboutme

43. biasanya milih online kalo uda bosen n ga respect sm lingkungan skitar saat it #100factsaboutme

42. biasanya kebluk bgt kalo udah TIDUR, susah d banguninnya #100factsaboutme

41. biasanya rela nglewatin smua kpentingan laen kalo udah NGANTUK #100factsaboutme

40. ga suka banget minum OBAT TABLET ato KAPSUL #100factsaboutme

39. ga suka banget MAKANAN JEPANG YG GA D MASAK DULU #100factsaboutme

38. ga suka banget ORANG YG MAU ENAKNYA AJA #100factsaboutme

37. ga suka banget LAGU METAL #100factsaboutme

36. ga suka banget ORANG JOROK #100factsaboutme

35. ga suka banget PENGKHIANAT #100factsaboutme

34. ga suka banget KODOK #100factsaboutme

33. ga suka banget KEJU #100factsaboutme

32. ga suka banget CICAK #100factsaboutme

31. ga suka banget BACA #100factsaboutme

30. suka banget NYANYI #100factsaboutme

29. suka banget NULIS #100factsaboutme

28. suka banget buah NANAS #100factsaboutme

27. suka banget nonton film COMEDY ROMANCE #100factsaboutme

26. suka banget JALAN-JALAN #100factsaboutme

25. suka banget minum ES TEH MANIS #100factsaboutme

24. suka banget makan NASI GORENG #100factsaboutme

23. suka banget makan BAKSO+BIHUN+SAYUR :D #100factsaboutme

22. suka banget DORAEMON #100factsaboutme

21. suka banget warna BIRU #100factsaboutme

20. pengen banget apa yg td d pengenin dr 11-19 jd kenyataan :D AMINAMIN #100factsaboutme

19. pengen banget punya suami yg bsa jd imam buat aku n ank2 aku nanti hahaha *ngayal dikit #100factsaboutme

18. pengen banget pergi k Paris liat Eiffel :3 #100factsaboutme

17. pengen banget bisa studi profesi d luar negri #100factsaboutme

16. pengen banget jadi orang yg selalu ingat sm Allah swt. #100factsaboutme

15. pengen banget jadi orang yg selalu bersyukur #100factsaboutme

14. pengen banget jadi orang berkecukupan #100factsaboutme

13. pengen banget bisa bahagiain orangtua :') #100factsaboutme

12. pengen banget jadi penulis #100factsaboutme

11. pengen banget jadi psikolog #100factsaboutme

10. I LOVE ALL OF YOU :) #100factsaboutme

9. I LOVE 'YOU' :) #100factsaboutme

8. I LOVE MY SISTERS N BROTHERS :* #100factsaboutme

7. I LOVE MY BEST FRIENDS :* #100factsaboutme

6. I LOVE MY BIG FAMILY :* #100factsaboutme

5. I LOVE SHIDDIQ, IBAD n LAYLA :* #100factsaboutme

4. I LOVE UMI n ABI :* #100factsaboutme

3. I LOVE ROSULULLOH :D #100factsaboutme

2. I LOVE ALLAH SWT ;D #100factsaboutme

1. I LOVE MY SELF :D #100factsaboutme

@niiraaaaa on twitter

Seuntai Kata Untuk'mu'


Seuntai Kata Untuk‘mu’

Oleh: Niira Annisaa



            Aku melirik gambar itu. Gambar yang terbingkai indah oleh kebersamaan kita. Ya, gambar itu menceritakan aku dan kamu. Aku yang lemah tanpa kamu, kamu yang rentan tanpa aku. Aku dan kamu, kita. Kita ini siapa? Masihkah perlu dipertanyakan?? Aku dan kamu ibarat sepasang sandal jepit yang akan selalu dipakai bersamaan, saling melengkapi dan membuat indah sesuatu.
            Hai kamu! Selagi aku masih bisa menyampaikan ini,  selagi Tuhan masih mengizinkan aku mengingatmu, maka akan ku sampaikan seuntai kata untukmu. Untuk apa? Aku juga tidak tahu. Anggaplah ini seperti apa yang kamu inginkan. Ucapan terima kasih? Bisa saja. Permohonan maaf? Bisa juga. Ini flexible, dapat kau artikan sesuka hatimu. Namun satu hal yang perlu kamu ketahui, bahwa ini aku tuangkan dari hatiku yang terdalam.

Teruntuk ‘kamu’ yang menjadi setetes air di tengah gersangnya gurun..

Semula aku berjalan sendiri,
Menerjang lika-liku jalanan yang kadang menikung tajam.
Sanggupkah aku?
Terkadang sanggup, terkadang tidak.
Aku hanya manusia kecil,
yang tak selalu mampu menghadapi hal-hal besar.

Tiba-tiba ‘kamu’ datang,
tak ku tahu dari mana asalmu.
Malaikat kecil yang akhirnya mampu membuatku besar.
Dimulai dengan menanamkan kebersamaan,
memupukku dengan kepercayaan,
menyiramku dengan ketulusan,
lalu membesarkanku dengan cinta‘mu’.

Detik,
menit,
jam,
hari,
minggu,
bulan,
tahun,
terus saja berlalu.
Namun ternyata waktu demi waktu itu tidak bisa menyeret dan menyurut apa yang telah kita jalani.

Apakah ‘kamu’ pernah berharap ini terjadi sebelumnya?
Mengharapkan kejadian-kejadian yang kini kita lalui sebagai dua sejoli yang tak terpisahkan.
Mulai dari tertawa,
menangis,
hingga mengurai air mata bersamaan.
Pernahkah?

Aku pernah berharap,
tapi aku tidak pernah tahu bahwa ‘kamu’ lah yang Tuhan kirim untukku.
Aku pernah bermimpi,
tapi tidak memimpikan ‘kamu’ sebagai lawan mainku dalam cerita ini.

Ketika aku jatuh,
‘kamu’ yang membangkitkanku.
Ketika aku menangis,
‘kamu’ yang menyeka air mataku.
Ketika aku bahagia,
‘kamu’ yang ikut berbahagia denganku.

Indah?
Tentu saja indah.
Bagiku hari bersama‘mu’ adalah hari yang paling indah.
Dan aku selalu berharap ini takkan pernah berakhir.

Tahukah ‘kamu’, aku tidak pernah meminta, bahkan tidak pernah mengemis pada Tuhan untuk diberikan malaikat kecil seperti‘mu’.
Terima kasih ‘kamu’ telah mengubah hidupku.
Telah bersedia bersanding denganku.
Dan telah mengizinkan aku masuk dalam kehidupan‘mu’.

Ingatkah?
Kita mulai ini semua dari nol.
Bulat, kosong, tak berisi apa-apa.
Lalu, perlahan kita bergerak,
berjalan beiringan dengan ide dan pemikiran yang kadang tak sejalan.
Hingga akhirnya kita meyakini bahwa nol itu telah berubah menjadi satu.
Satu untuk aku,
satu untuk kamu,
satu untuk kita.

Tapi……
Pernahkah kamu tahu bahwa aku pernah mengalami sakit?
Sakit karenamu juga!
Kamu tinggalkan aku ketika kamu menemukan pasangan baru.
Kamu khianati kebersamaan kita!
Kamu buang aku!
Hatiku sakit!

Maaf,
Jika ternyata kamu pergi karena khilafku,
Jika ternyata kamu pergi membawa dosaku,
Jika ternyata kamu pergi tanpa memaafkan aku dulu.

Sesakit apapun hatiku karena ulahmu,
aku pasti memaafkanmu,
karena,
kehilanganmu jauh lebih menyakitkan.

Memang,
Tak selamanya aku butuh kamu,
Tak selamanya kamu butuh aku,
Tapi persahabatan ini membutuhkan kita.

Ketika Aku di Titik Terlemah


Ketika Aku di Titik Terlemah


Oleh: Niira Annisaa

nb: Cerpen ini sudah diterbitkan dalam buku kumpulan cerpen “Be Strong, Indonesia! #sembilan” yang diterbitkan oleh publishing house nulisbuku pada Desember 2010. Kumpulan cerpen ini didedikasikan untuk saudara-saudara kita yang tertimpa musibah bencana alam (Wasior, Merapi dan Mentawai)


Aku memandangi sisa-sisa hujan di daun itu. Memandangi lewat jendela kamar yang memisahkan aku dengan halaman tempat daun itu tertanam. Halaman yang menjadi saksi bisu tentang kebahagiaan hidup seorang gadis. Kebahagiaan tiada tara yang pernah tercatat dalam buku kehidupannya. Di halaman itu bukan hanya tumbuh bunga-bunga indah yang selalu dihinggapi kupu-kupu, tapi tumbuh pula sebuah kisah cinta yang abadi.
***
            Aku terbangun dari tidurku, lalu melihat jam bekerku yang sudah menunjukkan pukul 06.30.
“Ah sial! Kenapa bekernya nggak bunyi!” dengusku kesal.
Aku tidak membuang waktu, segera ku ambil handuk lalu mandi dengan cepat. Kalau tidak ada ulangan dan presentasi hari ini, mungkin aku memilih untuk tidak masuk sekolah saja.
“Rin, ayo turun! Sudah jam berapa ini? Kamu belum bangun juga?” teriak seseorang dari bawah sana.
“Bentar Ma… Karin telat nih, nanti juga turun kok!” balasku meneriakkan Mama dari lantai atas.
“Iya, ayo cepat!” perintah Mama.
***
“Aku berangkat ya Ma!” pamitku.
“Iya, hati-hati ya, Nak! Oh iya Rin, Mama mau pergi ke Yogya hari ini,”
“Berapa lama Ma?”
“Mungkin seminggu. Uang jajan kamu seminggu kedepan Mama transfer ke atm, ya?” jelas Mama.
“Oh, oke,” jawabku dingin.
“Sini Mama cium dulu,” ucap Mama.
“Ih Mama apaan sih, biasanya juga nggak pake cium-cium segala. Aku kan bukan anak kecil, Mama!” tolakku.
“Memang anak kecil saja yang boleh dicium sama Mamanya?” tanya Mama dengan nada kecewa.
“Ya enggak juga sih. Udah ya Ma, jangan bahas kayak ginian, Karin udah telat banget!”
            Aku meninggalkan Mama begitu saja. Dalam hatiku ada sedikit penyesalan menolak keinginannya tadi. Seharusnya aku tidak melakukannya. Aku pasti meninggalkan Mama dengan air mata yang jatuh dari matanya. Sebenarnya belum tentu, memangnya Mama masih peduli dengan aku? Hahaha, entahlah. Kenyataannya saja hubungan aku dengan Mama memang tidak begitu baik, bahkan buruk.
***
Seminggu kemudian..
Bel pulang sekolah berdering keras, aku dengan sigap segera merapikan tas dan bergegas pergi meninggalkan kelas. Aku segera menghampiri Pak Setyo yang sudah menjemput di gerbang sekolah.
“Non, kata Nyonya, habis jemput Non mampir dulu jemput Nyonya ke bandara.”
“Hah? Emang Mama pulang sekarang? Aku malas Pak kalau harus ke bandara dulu. Bapak antar aku ke rumah dulu deh, baru jemput Mama,” keluhku.
“Walah Non, kalau telat jemput nanti gimana?”
“Ih Bapak santai aja deh, nanti aku yang sms Mama. Ayo sekarang antar aku ke rumah. Aku capek banget, Pak. Please......”
“I..i..iya Non,” jawab Pak Setyo pasrah.
            Pak Setyo memutar arah laju mobilnya, akhirnya ia menuruti permintaanku untuk pulang ke rumah terlebih dahulu. Malas sekali kalau aku harus menjemput Mama ke bandara. Mama saja tidak pernah meluangkan waktunya untukku, jadi untuk apa aku meluangkan waktuku untuknya?
***
            Aku merebahkan diri di sofa ruang tengah, membayangkan wajah Mama yang sangat lelah, lalu segera tidur tanpa menjumpai anak semata wayangnya ini setelah ia tinggalkan selama satu minggu. Air mataku meleleh membasahi pipi. Ini bukan pertama kalinya aku menangisi hubunganku dengan Mama yang tidak baik. Sakit? Tentu saja rasanya sakit, bagaimana tidak, aku selalu iri mendengar cerita teman-temanku yang bisa menghabiskan banyak waktu mereka bersama orang yang paling mereka kasihi, yaitu Ibu. Sedangkan aku? bertemu dalam rumah saja jarang, apalagi bercerita dan bercengkrama?! Sejak Mama dan Papa memutuskan untuk bercerai,  hidupku berantakan, hanya itulah yang bisa aku rasakan sampai saat ini.
Perceraian mereka enam tahun lalu, membuat aku tumbuh menjadi pribadi yang keras dan cenderung ingin memiliki dunia sendiri. Jelas saja, sejak tragedi itu Mama tidak pernah lagi meluangkan waktunya untukku. Hal yang menjadi kewajiban Papa dulu kini beralih kepada Mama. Mama yang semula punya banyak waktu untuk memperhatikan perkembanganku, kini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kemajuan karir, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana ia memiliki uang banyak untuk terus menyekolahkanku. Memang itu penting, tapi aku rasa seharusnya kebahagiaanku jauh lebih penting. Egois? Mungkin iya. Kalau saja aku bisa bicara pada Mama, aku kan bicara: “Ma, bukan ini yang Karin mau, Karin cuma mau Mama bukan uang Mama, bukan harta Mama, bukan kehidupan mewah dari Mama. Karin cuma mau Mama punya waktu untuk Karin, dan Mama sayang sama Karin seperti waktu kita masih bersama Papa.” Air mataku terus jatuh. Kenapa aku harus menangisi ini lagi? Sudah enam tahun Mama membiarkan aku seperti. Oh Tuhan...
***
            Aku mengangkat kepalaku, bangun dari rebahanku yang membuat aku kembali menjadi seorang gadis lemah. Aku mengusap air mataku yang membanjir, lalu berjalan menuju halaman belakang untuk me-refresh-kan pikiran.
“Karin,” sapa seseorang.
“Mama? Udah pulang? Tumben nyamperin Karin dulu, biasanya langsung masuk kamar terus tidur deh,” celetukku.
“Karin.. Kok kamu ngomongnya gitu?” tanya Mama dengan nada kecewa.
“Ya, biasanya juga Mama gitu. Berapa tahun sih Karin hidup sama Mama? Jelas banget Karin hafal kebiasaan Mama!” jawabku cuek.
“Eh iya, ini oleh-oleh buat kamu, maaf ya Mama Cuma sempat beli ini, habis Mama disana meeting terus, jadi nggak sempet jalan-jalan,” jawab Mama mengalihkan pembicaraan sambil memberikan sebuah miniatur candi Borobudur kepadaku.
“Ya, Karin tahu kok Ma. Seharusnya Mama bisa beli oleh-oleh yang lebih bagus dari ini, tapi ya Mama kan sibuk, jadi cuma bisa beli ini aja deh.”
“Karin, kamu kenapa sih, Nak?” tanya Mama sambil membelai rambut ikalku.
“Apa sih Ma, Karin bukan anak kecil. Udah ya Ma, Karin mau mandi, mau siap-siap les,” jawabku sambil pergi meninggalkan Mama.
Buruk? Ya, seburuk itulah hubunganku dengan Mama.
***
            Hari ini hari Minggu, seperti biasa jam 6 aku sudah siap untuk pergi jogging.
“Rin, nggak sarapan dulu?” tanya Mama.
“Nanti deh Ma habis jogging aja, Karin belum lapar.”
“Ya udah, nanti sarapan sama Mama ya? Sekarang Mama mau masakin makanan kesukaan kamu, cumi rica-rica.”
“Emang Mama nggak kerja?”
“Enggak sayang, Mama hari ini ada buat kamu,” jawab Mama sambil melemparkan senyum.
“Oke Ma,” jawabku tetap dingin.
            Aku meninggalkan rumah, lalu mulai berpikir, “Ada apa dengan Mama? Kenapa tiba-tiba Mama berubah?” Ah, pasti itu tidak akan bertahan lama, pasti hanya hari ini saja. Aku yakin Mama tetap lebih mencintai pekerjaannya dari pada aku. Aku terus meyakinkan diriku akan hal itu, namun entah apa yang merasuki pikiranku, tiba-tiba kini aku merasa persepsiku tentang Mama selama ini mulai pudar sedikit demi sedikit. Pandangan negatifku mulai berubah jadi positif. Yang lebih hebat, aku merasa ingin segera pulang untuk menyantap cumi rica-rica buatan Mama yang sudah enam tahun tidak pernah aku nikmati.
***
            “Eh kok udah pulang, sayang?” sambut Mama.
“Panas Ma, jadi aku pulang lebih cepat.”
“Memangnya panas ya? Kelihatannya mendung ah. Hem, Mama tau, pasti udah nggak sabar makan cumi rica-rica buatan Mama ya? Iya kan?” tanya Mama dengan nada ceria.
“Apa sih Mama, emangnya masakan Mama masih enak? Mama kan udah jarang masak,” jawabku dengan nada bercanda.
Mama tertawa, lalu segera menyelesaikan masakan itu untuk segera disajikan kepadaku. Entah mengapa, sekat yang membentang di antara aku dan Mama selama enam tahun ini seperti lepas begitu saja. Dan kalau boleh jujur, aku sangat merindukan momen-momen seperti ini.
***
            Mama berjalan ke arahku dari dapur sambil membawa cumi rica-rica yang aromanya telah menusuk hidungku sejak tadi sebelum matang.
This it is, cumi rica-rica ala Mama Karin,” ucap Mama dengan nada ala Chef Farah Quin.
Aku tertawa dan dengan lahap menghabiskan sepiring cumi rica-rica yang Mama buat dengan cintanya. Mengapa dengan cinta? Jelas, karena rasanya jauh lebih enak dari cumi rica-rica di restoran termahal sekalipun. Cinta dan kasih sayang Mama yang aku rindu, seolah-olah kembali melalui sepiring cumi rica-rica itu.
            Aku memandangi Mama, pipinya basah oleh air mata. Aku tidak menyadari bahwa Mama memperhatikan aku makan sejak tadi, lalu ia menjatuhkan air matanya. Tapi kenapa? Kenapa Mama menangis?
“Mama... Kok Mama nangis?” tanyaku penuh rasa bersalah.
“Nggak apa-apa Karin, Mama senang sekali bisa liat kamu makan selahap itu lagi,” jelas Mama sambil membiarkan air matanya terus mengalir.
Aku menghampiri Mama, lalu memeluknya setelah terakhir aku melakukan itu ketika hari Ibu enam tahun silam. Aku menangis, menyesali semua sikap dingin dan acuhku pada Mama selama ini.
“Maafin Karin ya Ma, setelah perceraian Mama sama Papa, Karin justru jadi dingin sama Mama. Karin justru acuh sama Mama, nggak peduli sama Mama. Maafin Karin Ma,” ucapku sesal.
“Kamu nggak salah kok sayang, Mama yang salah karena terlalu sibuk sama pekerjaan Mama sampai Mama nggak punya waktu buat kamu. Mama minta maaf ya, sejujurnya Mama ngelakuin ini semua semata-mata buat kamu,” ucap Mama sambil mencium keningku.
Kami terus terlarut dalam suasana haru, suasana haru yang seharusnya bisa dinikmati setiap hari. Namun, selama enam tahun, suasana ini tidak pernah tercipta dalam rumah kami.
“Eh kita ke halaman belakang yuk? Mama baru beli bunga mawar, dan Mama mau tanam itu sebagai tanda cinta kita berdua. Jadi kita harus tanam berdua? Gimana? Mau kan kamu?” ajak Mama.
“Mau Ma, mau banget, yuk!”
Mama merangkulku, lalu kami berjalan menuju halaman belakang. Kami bercanda dalam taman kecil di rumah kami itu. Rasanya semua kupu-kupu disana ikut menari merayakan kebahagiaan kami. Taman itu penuh cinta dalam sekejap. Mama terus merangkulku, menciumku dengan penuh kasih sayang. Kami menumpahkan kerinduan kami akan keharmonisan yang mati sejak tragedi enam tahun silam. Aku terus memeluknya, berharap kebersamaan ini tidak akan pernah mati dan akan terus hadir diantara aku dan Mama.
***
Hari ini aku memtuskan untuk tidur dengan Mama. Aku sangat rindu ketika Mama mendongengkan aku sebelum tidur. Aku sangat rindu ketika Mama menarik selimut untuk menghangatkan tubuhku, lalu menciumku dan mengucapkan “selamat malam anakku sayang, mimpi indah”.
“Tidur yang nyenyak ya sayang, semoga hari esokmu menyenangkan. Ketahuilah bahwa Mama sangat menyayangimu, sampai Mama matipun, kamu lah harta Mama yang paling berharga,” ucap Mama sambil mencium pipi dan keningku.
“Karin juga sayang sama Mama, peluk Karin ya Ma..”
***
            Pagi menjelang, aku masih berada dalam dekapan Mama yang begitu hangat. Aku membangunkan Mama. Aku menyentuh tangannya, dingin. Aku panik. Aku sentuh wajahnya, dingin. Aku makin panik. Aku simpan tanganku dekat lubang hidungnya, tidak ada hembusan nafas. Air mataku jatuh.
            Aku tidak pernah menyangka kebahagiaan itu berlangsung hanya kurang dari 24 jam. Aku tidak menyangka bahwa kebahagiaan itu adalah saat-saat terkahir aku dengan Mama. Air mataku terus meleleh tanpa henti.
***
            Air mataku jatuh. Tidak kalah hebat dengan air mataku yang jatuh ketika aku harus menerima kenyataan bahwa Mama meninggalkanku begitu cepat. Kala itu aku sangat terpuruk. Aku harus menerima kenyataan bahwa aku jadi sebatang kara. Aku masih punya Papa, tapi entah dimana Papa dan apakah Papa masih mengingat aku. Aku sadar, life must go on! Aku tidak mungkin terus berdiam dan membiarkan hidupku ikut mati bersama kematian Mama.
            Seketika itu aku bangkit. Aku kembali menata hidupku. Dan itu lah sebabnya aku masih bertahan hingga hari ini. Aku berjalan ke taman kecil itu. Memandangi mawar yang pernah kami tanam. Mengenang kebersamaan kami, cinta kami dan ikatan kami yang tidak akan pernah mati.
“Ketika aku di titik terlemah, maka aku harus bangkit dan tetap tegak berdiri. Ketika aku di titik terlemah, maka aku harus berusaha untuk bangkit dan berlari ke titik tertinggi. Ketika aku di titik terlemah, maka aku harus mengingat dan percaya, bahwa Tuhan selalu bersamaku.”
***