Powered By Blogger

Rabu, 23 Maret 2011

Semoga Menjadi Nyata


Semoga Menjadi Nyata
Oleh : Niira Annisaa

            Aku membuka mataku, kamarku gelap gulita tanpa cahaya. Ah, pasti mati lampu pikirku, karena aku memang tidak pernah memadamkan lampu kamarku ketika hendak tidur. Namun tiba-tiba, gagang pintu kamarku bergerak turun seperti ada yang hendak membukanya. Seram juga dalam keadaan gelap begini melihat gagang pintu itu bergerak perlahan dengan sendirinya, ditambah lagi angin malam ini cukup kencang dan sukses membuat gorden kamarku bergoyang-goyang dengan begitu dahsyatnya.
            Aku masih mengarahkan pandanganku pada pintu itu. Khawatir ada sesuatu yang berbahaya dan menyeramkan dibalik pintu itu. Perlahan pintu itu mulai terbuka,
SURPRISE!!!!!!”
Tiba-tiba Ayah, Bunda dan Geylin datang dengan kue ulang tahun lengkap beserta lilin angka 17 yang menyala. Ternyata sebuah kejutan ulangtahun.
Happy birthday sayang.. Ayo tiup lilin dulu dan jangan lupa untuk make a wish ya cantik, 3 permintaan, oke?” ucap Bunda sambil mencium keningku.
Aku segera mengangguk dan mengucap permintaanku dalam hati, permintaan pertama adalah lolos dari ujian matematika yang akan dilaksanakan nanti pagi. Permintaan yang kedua adalah  menjadi pacar Dennis, cowok yang aku idamkan selama ini dan mungkin diidam-idamkan oleh semua cewek di sekolah, lalu permintaan selanjutnya........ oh gawat aku belum memikirkan permintaanku yang terakhir. Aku segera memikirkan permintaan terakhirku itu, namun saat aku sedang memikirkannya tiba-tiba Bunda menyuruhku untuk segera meniup lilin yang sudah mulai meleleh membanjiri lapisan atas kue.
“Ayo dong sayang, jangan lama-lama make a wish nya, nanti lilinnya keburu leleh loh,”
“Iya Bun,” aku segera meniup lilinnya tanpa sempat menyebutkan keinginan terakhirku.
            Setelah sureprise itu berlangsung dengan khidmatnya, aku kembali tidur untuk menyiapkan diriku bertempur dengan soal-soal matematika di ujian nanti. Tepat pukul 06.00 aku terbangun dan bergegas mandi lalu bersiap pergi ke sekolah. Sesampainya disekolah, tanpa membuang waktu aku segera berlari dengan cepatnya menuju kelas dengan niatan menyempatkan diri mengulang materi. Aku dan teman-teman berharap Bu Martha datang lebih lambat dari biasanya, namun mendengar suara hak tinggi sepatunya yang berdentum keras saat bertumbukan dengan lantai, kami sudah bisa memprediksi bahwa ia sudah berjalan menuju kelas kami. Ujian matematika adalah hal paling menyebalkan bagiku, selain pelajarannya rumit, guru matematikaku yang satu ini galaknya seperti buaya yang siap menerkam siapa saja. Seperti ujian-ujian sebelumnya, aku hanya bisa menembak jawaban dan mengisinya dengan asal-asalan. Namun kali ini selain mengandalkan hoki, aku juga mengandalkan “make a wish” yang telah aku buat tadi pagi saat tiup lilin, semoga saja Tuhan mengabulkan permintaanku.
            Ujianpun akhirnya selesai, aku segera pergi ke taman belakang sekolah bersama sahabatku Tefa untuk merefreshkan otakku yang mendidih karena soal matematika.
Happy Birthday ya sayaaaaaaang! Muaaaaach!” Tefa mencium pipiku.
“Iya makasih ya gendut!”
“Ih, kok gendut? Eh, gimana ujian lo Sya?” tanya Tefa sambil mengemut coklat kesukaannya.
“Gimana gak gendut? Kerjaan lo ngemut coklat mulu. Ya gitu deh, lo tau sendiri kan kalau gue ujian matematika udah pasti ngasal, liat aja deh hasil ujiannya nanti, pasti sama kaya biasanya, TIDAK LULUS! Hahaha ” jawabku sambil tertawa.
“Gila juga lo, tapi sama sih, gue pun begitu,” balas Tefa.
Ketika sedang asyik mengobrol berdua, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku dari belakang bangku taman yang sedang aku duduki bersama Tefa. Aku menoleh kebelakang, Oh Tuhaaaaan, itu Dennis, cowok idamanku.
Happy Birthday Sya ..” ucap Dennis sambil menyodorkan kotak berwana ungu disertai senyum manisnya yang membuat aku melayang.
“Hem, thank you Dennis, kok lo tau sih gue ulang tahun?” tanyaku sedikit terbata-bata.
“Ya tau aja. Hehe . Eh, diterima ya kado kecil dari gue itu, mudah-mudahan lo suka,”
“Iya, thank you bangeeeeet pokoknya.” ucapku kegirangan.
You’re welcome, gue cabut dulu ya, mau main basket. Daaah”
Dennis melambaikan tangannya sambil tetap melirik kearahku. Senang bukan main hatiku, mana pernah aku bermimpi dapat hadiah ulang tahun dari Dennis. Oh......senangnyaaa. Aku memeluk Tefa yang tepat ada disampingku, lalu membuka kadonya perlahan. Ternyata sebuah lampu meja berbentuk Power Puff Girl kesukaanku. Aku jadi bingung kenapa Dennis bisa tahu semua tentang aku? Apa diam-diam dia menyukaiku? Ah tidak mungkin! Aku segera menepis bayang semu itu.
            Seminggu berlalu, sejak hari ulang tahunku yang ke-17 itu, aku jadi lebih dekat dengan Dennis, beberapa kali kami sempat jalan bareng untuk sekedar nonton atau nongkrong dan makan ice cream. Mungkin seminggu ini akan tercatat menjadi hari-hari bahagia di buku kehidupanku. Namun, hari ini sepertinya akan menjadi hari yang menyebalkan karena pada hari ini aku akan melihat namaku dipapan pengumuman dengan nilai ujian matematika merah seperti biasanya.
“Asyaaaaaaaa!” Tefa memanggilku.
“Apaan sih heboh banget?” tanyaku bingung.
“Gila lo Sya! Balik-balik traktir gue deh!” cerita Tefa dengan begitu hebohnya.
“Apaan sih lo? Gue gak ngerti ah!” tanyaku untuk yang kedua kalinya.
“Itu loh Asyaaaaaa, nilai ujian matematika lo 85! Wow amazing!”
“Masa? Boong deh lo pasti, jangan sok ngehibur gue deh!” aku masih tidak percaya.
“Ya ampun, yuk kita liat!” Tefa menarikku ke papan pengumuman.
Ya Tuhaaaan, sungguh nilai 85 ku terpampang jelas di papan pengumuman itu. Aku sungguh tidak percaya, sepanjang sejarah baru kali ini nilai ujian matematikaku 85, biasanya paling besar hanya mendapat 65. Permintaanku yang pertama telah terkabul, semoga saja permintaanku yang kedua juga bisa jadi kenyataan, ya semoga saja.
            Siang ini aku telah membuat janji dengan Dennis untuk pergi jalan-jalan. Tidak lama aku menunggu di gerbang sekolah, Dennis muncul dengan Vixionnya. Aku segera duduk dikursi belakang dan Dennis memacu motornya.
“Kita mau kemana sih Nis?” tanyaku pada Dennis.
“Maunya kemana?” balik Dennis
“Loh, ya gue gak tau, gimana lo aja deh!” jawabku sinis.
“Jangan sinis dong nona cantik, nanti juga kita nyampe kok! Pokoknya ada sureprise buat lo..” jawab Dennis jail sambil melirikku dari spion motornya.
Aku sedikit tersanjung dengan jawabannya, terselip juga pertanyaan kira-kira sureprise apa yang sudah Dennis siapkan untukku.
            Akhirnya kami sampai disebuah bukit dengan suasana yang sangat romantis, hawa sejuknya membuat rambutku melambai-lambai, menyampaikan salam hangat pada alam sekitar yang begitu indah dan mempesona.
“Ada sureprise apa sih Nis?” aku beranikan diri untuk bertanya.
“Gue.. Emm.. Gue......” Dennis tidak melanjutkan kata-katanya.
“Apa Nis?” tanyaku penasaran.
“Gue mau ngomong sesuatu sama lo!”
“Apa?”
Dennis meraih telapak tanganku lalu menggenggamnya. Jantungku berdegup dengan kencangnya. Seketika hujan turun dan airnya membasahi seragam putih-abu kami. Dingin mulai terasa, namun aku merasakan hangat melalui jemari Dennis yang merantai di jemariku.
“Gue suka sama lo Asya, gue sayang sama lo.. udah lama gue pengen ngungkapin ini, tapi gue selalu ragu, gue takut lo udah punya gebetan lain, tapi berkat Tefa, gue jadi yakin untuk menyatakan ini semua, maukah kamu jadi pacarku Asya?”
Ini gila, dan ini pasti mimpi, mana mungkin cowok setampan dan setenar Dennis bisa menjatuhkan hatinya pada cewek seperti aku. Oh Tuhaaan, kalau ini mimpi segera bangunkan aku, jangan biarkan aku terlalu lama terbuai didalamnya.
            Mataku terbuka, benar itu hanya mimpi. Kamarku gelap gulita tanpa cahaya, dan tanpa pikir panjang aku sudah tahu bahwa ini pasti hasil kerja petugas PLN yang memadamkan listrik. Aku kecewa, ternyata semua keindahan itu hanya bunga mimpi. Aku merunduk, menutup kepalaku dengan bantal kesayanganku. Namun tiba-tiba pintu kamarku terbuka,
SURPRISE!!!!!!”
Ayah, Bunda dan Geylin datang dengan kue ulang tahun lengkap beserta lilin angka 17 yang menyala. Ternyata sebuah kejutan ulangtahun persis seperti yang terjadi dalam mimpiku.
Happy birthday sayang.. Ayo tiup lilin dulu dan jangan lupa untuk make a wish ya cantik, 3 permintaan, oke?” ucap Bunda sambil mencium keningku.
Ucapan bunda sama persis pula dengan yang diucapkannya pada mimpiku. Aku pikir ini seperti de javu, semoga saja benar. Aku segera mengangguk dan mengucap permintaanku dalam hati, tanpa pikir panjang dan berbelit-belit, aku menyebutkan permintaan persis seperti yang kusebutkan dalam mimpiku, permintaan yang pertama adalah lolos dari tes matematika dan yang kedua adalah menjadi kekasih Dennis. Tak lupa untuk melengkapi permintaanku, maka kusempurnakan permintaanku dengan permintaan yang terakhir, “Semoga menjadi nyata”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar